Model Bisnis Retail, Yakin Sudah Paham sampai Dalam?

Menentukan model bisnis yang tepat menjadi salah satu bagian penting yang harus diperhatikan agar lebih mudah mencapai kesuksesan. Mengapa harus begitu? Bukankah yang penting bisnis berjalan dan menghasilkan omzet besar?

Kamu perlu ingat jika bisnis bukan perkara omzet saja, tapi juga kontinuitas atau keberlangsungan bisnis itu sendiri. Model bisnis akan membantumu menjalankan usaha dengan lebih mudah, menemukan cara pemasaran yang tepat, serta terhubung dengan konsumen yang paling pas sesuai dengan produk yang kamu tawarkan.

Pada pembahasan kali ini, kita akan membahas salah satu model bisnis yang paling sering diterapkan, tapi justru seringkali tidak dipelajari secara mendalam. Padahal secara prakteknya, model bisnis ini tergolong simpel. Model bisnis yang dimaksud adalah retail atau biasa juga disebut B2C.

Pengertian Model Bisnis Retail

(sumber: fourweekmba.com)

Model bisnis retail merupakan model bisnis yang menggunakan pendekatan langsung antara pelaku bisnis dengan konsumen. Model bisnis yang disebut juga B2C ini mempertemukan produsen dan konsumen tanpa perantara. Model ini tentu saja bisa mendatangkan margin keuntungan lebih besar bagi produsen, tapi di lain sisi juga menambah biaya distribusi dan resiko.

Contoh Model Bisnis Retail

(sumber: pinterest.com)

Agar kamu lebih jelas mengenali model bisnis retail, mari kita ambil contoh dengan memperhatikan model bisnis yang diterapkan kedai kopi. 

Pemilik kedai kopi akan membeli barang mentah atau bahan kopi dalam jumlah besar, lalu menjualnya secara ecer pada pelanggan secara langsung. Ini berarti tidak ada perantara antara pelaku bisnis dengan konsumennya.

Beda halnya jika pemilik kedai menjalin kerjasama atau bermitra dengan kedai lain. Pemilik bisnis bisa saja menawarkan jenis racikan kopi yang sudah dikemas ke kedai lain untuk dipasarkan, namun tentu saja keuntungan yang didapatkan tidak akan sebesar saat menjualnya secara ecer.

Hal yang Membedakan Model Bisnis Retail dengan Model Bisnis Lain

(sumber: pexels.com)

Ada beberapa hal mendasar yang membedakan model bisnis retail dengan model bisnis lain, diantaranya:

1. Distribusi terbatas atau distribusi lokal

Saat kamu menjual produk langsung ke pelanggan secara langsung seperti konsep kedai kopi, kamu mungkin memiliki distribusi produk yang terbatas atau distribusi lokal. Beda halnya jika kamu memiliki mitra di beberapa daerah, produkmu akan lebih cepat dikenal luas dan memiliki pelanggan di daerah lain juga, sehingga tidak terbatas pada pelanggan yang datang langsung ke lokasi usahamu.

2. Margin lebih tinggi

Seperti yang dibahas sebelumnya, menjual produk langsung ke pelanggan tanpa perantara akan menghasilkan margin keuntungan lebih besar. Jika kamu menggunakan sistem mitra, maka kamu harus membagi keuntungan yang didapat dengan mitra kerja. Pun demikian jika kamu menerapkan harga grosir, maka kamu juga harus siap mempersempit margin keuntungan jika ada pesanan dalam jumlah besar.

3. Risiko distribusi

Margin keuntungan model bisnis retail mungkin lebih besar, tapi kamu juga harus memperhatikan faktor risiko distribusi. Saat kamu menggunakan model bisnis retail, maka kamu harus menghandle urusan distribusi sendiri, misalnya jika kamu ingin mengirim produk ke luar daerah dan lain sebagainya. Kamu mungkin akan dire[otkan dengan pengiriman ecer (dalam jumlah sedikit) dan tidak bisa memperkecil biaya distribusi. Hal ini berbanding terbalik jika kamu mengirim dalam jumlah besar ke agen daerah, kamu masih bisa menghemat biaya pengiriman.

4. Fluktuasi bahan baku

Saat kamu menjual dalam sistem ecer, kamu tidak bisa mengendalikan fluktuasi harga bahan baku. Bahan baku yang kamu beli akan ikut harga pasar, sehingga jika bahan baku naik, kamu juga harus menaikkan harga jual yang tentunya akan membuat konsumen merasa kecewa.

Lalu, bagaimana caranya terhindar dari fluktuasi bahan baku?

Dalam bisnis, ada dua pendekatan integrasi, yaitu vertikal dan horizontal. Sebagai pelaku bisnis, kamu bisa mengendalikan harga baku dengan memanfaatkan dua jenis integrasi ini.

Integrasi horizontal mengacu pada proses pemasaran produk. Pemasok akan memasok produk pada beberapa berapa sub atau mitra kerjanya, baru kemudian disalurkan ke gudang. Nah, jika kamu membeli secara ecer, maka kamu umumnya membeli melalui gudang. Beda halnya jika kamu bisa menemukan mitra pemasok dan menjalin kerjasama langsung untuk mendapatkan harga lebih murah.

Jenis integrasi kedua adalah integrasi vertikal, yaitu cara pemasok utama mendapatkan bahan produk mereka. Misalnya saja, pemasok kopi bubuk yang mendapatkan produk dengan urutan, petani – pengepul kopi – pabrik pengolahan kopi – supplier kopi bubuk – gudang kopi bubuk. Setiap pindah rantai, tentu saja harga kopi bubuk kopi akan mengalami kenaikan harga. 

Lalu, bagaimana cara mendapatkan bubuk kopi dengan harga paling murah? Kamu bisa memutus rantai integrasi tersebut dari yang paling bawah. Misalnya, kamu bisa membeli lahan kopi dan mengolah biji kopi menjadi bubuk kopi sendiri. Cara ini memang mengeluarkan banyak biaya di awal, karena kamu harus membeli kebun kopi, mengeluarkan biaya perawatan, dan tentunya membeli mesin pengolah biji kopi. Nmaun, secara jangka panjang cara ini lebih hemat biaya dan menghindarkan kamu dari fluktuatif harga bubuk kopi.

Bagaimana Cara Agar Bisnis Model Retail Bertahan?

(sumber: twitter.com)

Bisnis model retail menjual langsung produknya pada konsumen, sehingga area pemasaran lebih terbatas dibandingkan model grosir atau bermitra. Lalu, bagaimana cara agar bisnis model retail bertahan? Bukankan konsumen memiliki titik jenuh yang memperbesar kemungkinan produk yang dijual secara retail ditinggalkan? Simak beberapa poin berikut, yuk!

1. Hubungan yang erat dengan Konsumen

Bisnis retail umumnya melayani konsumen lokal, sehingga menjalin hubungan yang erat dengan masyarakat lokal menjadi salah satu faktor penting agar bisnis tetap bertahan. Kamu bisa mencoba mempererat hubungan dengan konsumen melalui pendekatan sosial, seperti kegiatan positif untuk lingkungan sekitar dan menunjukkan kepedulian positif lainnya.

Kegiatan positif untuk lingkungan sekitar usaha akan memperkuat brand bisnis, sehingga keberadaan bisnismu lebih dikenal. Selain itu, kamu juga akan lebih mudah menawarkan produk lain karena masyarakat sekitar sudah menaruh kepercayaan pada bisnismu.

2. Memberikan pengalaman terbaik pada konsumen

Menjual produk kepada konsumen sebenarnya tidak hanya tentang produk tersebut, melainkan pula pengalaman yang yang didapatkan oleh konsumen setelah membelinya. Agar konsumen memiliki pengalaman yang baik, kamu bisa meningkatkan pelayanan dan memberikan suasana yang nyaman saat mereka berkunjung.

3. Inovasi

Saat kamu menjual produk secara retail, tidak menutup kemungkinan jika ada pelaku bisnis lain di lingkungan yang sama dan menawarkan produk serupa. Alih-alih menjual produk sama dengan persaingan ketat, kamu bisa mencoba melakukan inovasi agar produkmu memiliki ciri khas.

Semoga artikel ini dapat membantu kamu memahami lebih dalam tentang model bisnis retail. Apakah kamu tertarik mencoba menerapkannya? 

Jangan lupa untuk membaca artikel lainnya tentang inovasi dan bisnis di Wisnuarios.com atau channel YouTube Wisnu Ario S. Semoga bermanfaat!